SEJARAH DAN LATAR BELAKANG
A. Sejarah Singkat SDIT Laboratorium Riyadlush Sholihin (SDIT Larish)
SDIT Larish berdiri atas gagasan para sesepuh Yayasan Riyadlush Sholihin Menoreh yang saat itu mendapat wakaf tanah dari keluarga Pak Ibrahim, Kauman, Salaman sekitar tahun 2000. Pak Ibrahim dan pengurus Yayasan Riyadlush Sholihin Menoreh, dalam amanahnya berpesan bahwa tanah wakaf dan bangunannya itu harus menjadi tempat berdakwah dan berjuang menyampaikan ilmu.
Pada tahun 2003 Yayasan Riyadlush Sholihin Menoreh memulai pembangunan beberapa gedung. Tahun 2005 beberapa gedung telah selesai terbangun, namun keinginan membuka sekolah dasar belum bisa terwujud karena kekurangan sumber daya manusia yang mampu dan mau ikut mengelola sekolah dasar. Sambil menunggu personel yang siap dalam membimbing sekolah dasar, lantas gedung digunakan untuk panti asuhan Said Bil Hab.
Seiring berjalannya waktu, gedung sudah selesai terbangun dan sambil menambah ruang kelas. Pada tahun 2006, Yayasan Riyadlush Sholihin Menoreh dalam rapat pengurus bertekad untuk merealisasikan cita‐cita dan mengembangkan dakwah para tokoh terdahulu yaitu mendirikan sekolah dasar. Dalam perjalanannya maka Yayasan Riyadlush Sholihin Menoreh membentuk kepanitian pendiri sekolah dasar. Salah satu yang menjadi topik pembahasan penting adalah nama sekolah dasar. Setelah melalui diskusi panjang disetujui Sekolah Dasar Islam Terpadu Laboratorium Riyadlush Sholihin menjadi nama sekolahan yang akan berdiri itu. Nama yang mencirikan sekolah bernapaskan keislaman dan sebuah Laboratorium tempat untuk penelitian, sumber memperoleh informasi, kajian, analisis, serta berekspresi. Tidak ada seorangpun yang belajar disatu tempat tanpa adanya sumber, pendekatan maupun media. Maka perlu melibatkan berbagai aspek yang ada di lingkungan alam dan sosial budaya. Tempat‐tempat seperti itulah yang akan dijadikan Laboratorium para santri (sebutan peserta didik). Lebih lanjut lagi, Sekolah Dasar Islam Terpadu Laboratorium dipilih bukan tanpa dasar dan untuk sekolah saja. Namun jauh dari itu, besar harapan sekolah yang berdiri ini, bisa berkiprah mencetak santri yang mampu mendakwahkan Islam, hafal tiga juz, dan mempunyai kecakapan dalam bahasa Inggris aktif (speaking).
Setelah semua kesiapan matang dan respon sudah didapatkan, pada tahun 2007 secara resmi Sekolah Dasar Islam Terpadu Laboratorium Riyadlush Sholihin Salaman berdiri dan membuka pendaftaran santri baru. Berkat izin Allah SWT dan dukungan semua pihak, 15 santri berhasil mengisi sekolah baru ini untuk ber‐tafaqquh fiddin. Berkat rahmat dari Allah SWT, perjuangan para pengurus yayasan, ustadz, dan ustadzah (sebutan guru) Sekolah Dasar Islam Terpadu Laboratorium Riyadlush Sholihin Salaman hingga sekarang mampu terus berkembang membina akidah, akhlak, dan ibadah serta ikut mencerdaskan anak bangsa.
B. Latar Belakang
Berdirinya sekolah‐sekolah bercirikan keislaman dengan managemen yang profesional sudah merupakan kebutuhan dalam mengantisipasi pola hidup yang cenderung hedonis dan sekuleristik sebagai dampak globalisasi. Kelahirannya tentu mempunyai tujuan yang ideal yaitu peningkatan kualitas pendidikan yang berlandaskan iman dan takwa bagi peserta didik. Langkah ini ditempuh selain sebagai langkah antisipasi terhadap efek samping globalisasi yang telah mengubah struktur fundamental akhlak moral masyarakat khususnya generasi muda, juga sebagai ikhtiar yang arif dalam membekali peserta didik secara mental spiritual maupun intelektual secara seimbang.
Berangkat dari argumen tersebut, Yayasan Riyadlush Sholihin Menoreh, Salaman, Magelang pada tahun pelajaran 2007/2008 merintis berdirinya SD Islam Terpadu Laboratorium Riyadlush Sholihin (selanjutnya disingkat SDIT Larish). Sekolah ini merupakan follow up dari TK Islam Terpadu Riyadlush Sholihin yang didirikan sejak tahun 2003. SDIT Larish digagas dengan memadukan kurikulum Dinas Pendidikan dan Kurikulum Yayasan yang menampilkan unggulan Pendidikan Agama Islam yang fungsional melalui pelajaran tafsir dan pengajaran bahasa Inggris aplikatif yang menekankan pada kemampuan berbicara (speaking).
Langkah tersebut dilakukan pada satu sisi untuk merespons dan melengkapi manajemen sekolah yang pada umumnya belum menjadikan kedua hal tersebut sebagai primadona dalam mengembangkan manajemen berbaris sekolah khususnya wilayah Kecamatan Salaman dan Kabupaten Magelang pada umumnya. Pada sisi lain sebagai ikhtiar yayasan untuk mengembangkan kearifan lokal mengingat secara geografis Kecamatan Salaman berbatasan secara langsung dengan Kecamatan Borobudur yang mempunyai aset wisata dunia yaitu candi Borobudur.
Untuk melengkapi variabel sebagai sekolah laboratorium, sekolah ini menampilkan proses pembelajaran yang lebih menekankan pada pemanfaatan lingkungan alam dan sosial‐ budaya sebagai Laboratorium pembelajaran. Proses demikian diharapkan peserta didik akan menjadi subjek pembelajaran (student centered).
Sehubungan dengan hal tersebut dalam proses pembelajaran yang dijalankan akan menerapkan pendekatan‐pendekatan active learning (AC), cooperative learning (CL), contextual teaching learning (CTL), dan kontruktivisme. Implementasi pendekatan tersebut dilakukan untuk menggiring proses pembelajaran agar lebih bermakna bagi peserta didik (meaning full).
Komentar
Posting Komentar